
Tiakur, Balobe.com – Fajar menyingsing di ufuk timur Kota Tiakur ketika Tim Voli Yatoke U-22 melangkahkan kaki pertama mereka ke arena Pekan Olahraga Kabupaten (Porka). Turnamen bergengsi bertajuk Kalwedo ini menjadi saksi bisu babak baru sejarah olahraga Yatoke sebuah kampung yang untuk pertama kalinya mengibarkan bendera dalam kompetisi tingkat kabupaten.
Di bawah arahan pelatih Sarles Anaktototy, skuad muda berjuluk Yatoke Yamoy ini membawa lebih dari sekadar ambisi. Mereka datang dengan tekad membaja, optimisme yang menyala, dan secercah harapan untuk mengukir prestasi yang selama ini hanya mimpi: menjadi juara.
“Ini bukan sekadar pertandingan biasa. Ini tentang membuktikan bahwa Yatoke layak diperhitungkan,” ujar Sarles sebelum pertandingan pembuka.
Lapangan sebagai Guru
Perjalanan Tim Yatoke U-22 tidak semulus jalan beraspal. Di setiap laga, mereka merasakan pahit getir persaingan. Kekalahan pertama kali datang saat berhadapan dengan Tim Bhayangkara. Bagi Sarles dan anak asuhnya, hasil pertandingan bukanlah segalanya.
“Kalah menang itu biasa. Di setiap pertandingan pasti ada yang kalah, itu bagian dari kompetisi,” kata pemain tengah Yatoke, yang enggan disebutkan namanya. “Yang terpenting adalah kekompakan tim dan menjunjung tinggi sportivitas.”
Filosofi sederhana namun dalam itulah yang menjadi pegangan. Ketika angka di papan skor tidak berpihak, mereka tidak larut dalam kekecewaan. Sebaliknya, kekalahan dijadikan cermin untuk memperbaiki strategi, mengasah teknik, dan membangun mental juara.
Lebih dari Sekadar Trofi
Bagi warga Yatoke yang berdomisili di Kota Tiakur serta memadati pinggir lapangan, kehadiran tim mereka di Pekan Olahraga Kabupaten sudah merupakan kemenangan tersendiri. Teriakan penyemangat membahana setiap kali pemain mereka melakukan servis atau spike.
“Kami bangga mereka berani tampil. Menang atau kalah, mereka sudah jadi juara di hati kami,” ungkap seorang orang tua yang rela menempuh perjalanan jauh demi menyaksikan putranya berlaga.
Sarles Anaktototy sendiri menegaskan bahwa perjalanan ini baru permulaan. “Kemenangan akan terus kami pertahankan, sementara kekalahan menjadi pembelajaran berharga untuk masa depan yang lebih baik,” katanya dengan senyum tipis penuh makna.
Saat matahari kembali terbenam di ufuk barat Tiakur, Tim Voli Yatoke U-22 telah menanam benih harapan. Mereka pulang bukan hanya sebagai peserta, tetapi sebagai pelopor yang telah membuka jalan bagi generasi selanjutnya. Dan di sana, di kampung Yatoke Yamoy yang tenang, impian untuk menjadi juara terus berkobar menunggu musim turnamen berikutnya tiba. (BN-26)