
Tiakur, BalobeNews.com – Dugaan keracunan makanan menimpa 30 siswa dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Babar Barat memicu respons cepat Pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). Wakil Bupati MBD Agustinus L. Kilikily bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) menggelar rapat koordinasi darurat secara virtual untuk menangani insiden yang terjadi di SMP Negeri PP. Babar, Jumat (12/9/2025).
Peristiwa keracunan makanan terjadi pada Kamis (11/9/2025) setelah para siswa mengonsumsi menu yang terdiri dari nasi, sayur sawi, ikan tuna, dan buah semangka yang disuplai melalui Dapur Sehat program MBG. Sebanyak 28 siswa SMP Negeri 1 PP. Babar dan 2 siswa SMA Negeri 5 MBD harus dilarikan ke UGD Puskesmas Tepa untuk mendapat perawatan medis.
Pengelola Dapur Sehat Kecamatan Babar Barat, Enggelina Angkie dari Yayasan Berkat Harmoni Babar, mengakui adanya kelalaian dalam proses pengolahan makanan. Proses pemotongan ikan yang terlalu lama diduga menjadi penyebab utama kontaminasi makanan.
“Kami mengakui ada kesalahan yang dilakukan dimana proses pemotongan ikan terlalu tempo, dimana proses pekerjaannya sudah dimulai jam 10.00 WIT malam,” ungkap Angkie saat memberikan laporan dalam rapat koordinasi.
Tenaga medis Puskesmas Tepa, dr. Adriana Ruimassa, menjelaskan kondisi para korban yang mengalami gejala keracunan makanan klasik seperti nyeri perut, mual, sakit kepala, pusing, serta kram pada tangan dan kaki. Diagnosis sementara menunjukkan adanya keracunan makanan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
“Berdasarkan anamnesi dan pemeriksaan fisik maka diagnosis sementara terduga pasien mengalami keracunan makanan. Diagnosis ini bersifat sementara karena tidak ada fasilitas pendukung untuk melakukan pemeriksaan lanjutan,” urai dr. Ruimassa.
Meski demikian, kondisi seluruh korban telah membaik setelah mendapat penanganan medis intensif. Semua siswa yang dirawat telah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.
Wakil Bupati Kilikily menyatakan keprihatinannya atas kejadian ini, mengingat program MBG merupakan prioritas nasional yang belum pernah mengalami masalah serupa di Maluku sebelumnya.
“Kita ingin menerima laporan data dan informasi terkait kejadian yang terjadi bagi pelajar di Tepa Kecamatan Babar Barat yang menjadi korban baik dari sisi kronologi, jumlah korban hingga kondisi terakhir korban saat ini,” ungkap Kilikily.
Dandim 1511/Pulau Moa, Nuriman Siswandi, mengungkapkan upaya identifikasi penyebab pasti dengan mengirimkan sampel makanan ke laboratorium di Ambon. Evaluasi menyeluruh akan mencakup perbaikan kualitas bahan baku, sterilisasi dapur, hingga pengawasan ketat terhadap tenaga masak.
Ketua DPRD Kabupaten MBD, Petrus A. Tunay, meminta penghentian sementara program MBG untuk evaluasi menyeluruh guna memastikan keamanan pangan bagi siswa.
“Keberadaan dapur sehat perlu disterilkan kembali dan bahan pangan yang digunakan dapat disortir dengan baik sebelum dimasak dan distribusi ke pelajar. Semoga musibah ini tidak terjadi kedua kalinya,” ungkap Tunay.
Kepala Seksi Intel Kejari MBD, Johan A. Korbaffo, yang mewakili Kejaksaan Negeri MBD, menyatakan kejadian ini telah menjadi perhatian Kejaksaan Tinggi Ambon mengingat program MBG merupakan prioritas nasional yang berada dalam pengawasan kejaksaan.
Insiden keracunan makanan ini menjadi evaluasi serius bagi implementasi program MBG di daerah terpencil. Pemerintah daerah berkomitmen melakukan perbaikan sistem pengawasan dan kontrol kualitas untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.