
Bandung, BalobeNews.com – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menggelar Kongres Nasional Kongres Kedaulatan Bangsa ke-XXII di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat. Forum ini menjadi arena konsolidasi nasional mahasiswa progresif untuk menghadapi dominasi asing dalam sektor ekonomi, budaya, hingga digitalisasi.
Mengusung tema “Bersatu, Lawan Penjajahan Gaya Baru,” kongres kali ini digelar secara istimewa di lokasi historis Konferensi Asia Afrika 1955—tempat negara-negara berkembang dahulu mendeklarasikan solidaritas global melawan imperialisme klasik.
Dalam pidato pembukaannya, Ketua Umum GMNI, Imanuel Cahyadi, menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar agenda internal organisasi, melainkan momentum ideologis untuk menghidupkan kembali semangat perlawanan terhadap bentuk-bentuk baru penjajahan.
“Ini mungkin momen spesial, karena sudah lima tahun GMNI tidak melaksanakan kongres. Tapi hari ini, di Gedung Merdeka—tempat kemerdekaan dan keberanian dulu didengungkan lewat Konferensi Asia Afrika—kita kembali bersatu untuk melawan bentuk penjajahan gaya baru,” ujar Imanuel, Selasa, 15 Juli 2025.
Kongres yang akan berlangsung selama beberapa hari ke depan itu dihadiri oleh ratusan kader GMNI dari seluruh Indonesia, perwakilan kementerian seperti Kemenpora, Kominfo, Kementerian Koperasi, akademisi, serta tokoh-tokoh nasional dan alumni GMNI. Turut hadir di antaranya mantan Sekjen Presidium GMNI, Mas Cokro.
Simbolisasi pembukaan dilakukan oleh tokoh senior GMNI, Suko Sudarsono, yang menyuarakan semangat perjuangan generasi muda dari podium Gedung Merdeka.
“Oke. Dengan ini saya menyatakan bahwa Kongres GMNI yang ke-22 saya buka. Merdeka! Merdeka!” serunya yang langsung disambut riuh pekik semangat dari peserta.
Agenda kongres meliputi sidang pleno, diskusi panel, dan pemilihan ketua umum baru. GMNI menargetkan lahirnya kepemimpinan muda progresif yang memiliki keberpihakan ideologis, responsif terhadap tantangan zaman, dan mampu memimpin gerakan mahasiswa melawan ketimpangan global, intervensi ekonomi asing, serta krisis kedaulatan data nasional.
Tema besar “penjajahan gaya baru” menjadi refleksi atas kekhawatiran GMNI terhadap cengkeraman neoliberalisme yang merambah ke berbagai sektor strategis bangsa. Mereka menyoroti dominasi perusahaan multinasional di ekonomi digital, infiltrasi budaya asing, serta ketergantungan teknologi pada negara-negara maju.
Sebagai catatan, GMNI adalah organisasi mahasiswa nasionalis yang didirikan pada tahun 1954. Berbasis ideologi marhaenisme, GMNI memiliki sejarah panjang dalam dinamika sosial-politik Indonesia, dan telah melahirkan banyak tokoh penting dalam kehidupan berbangsa.
Kongres ke-XXII ini diharapkan tak sekadar menghasilkan kepemimpinan baru, melainkan memperkuat kembali posisi GMNI sebagai garda intelektual kerakyatan yang kritis dan solutif di tengah arus perubahan zaman. (EW-26)